Saya datang ke Tomohon, Sulawesi Utara, pada 19 Juli. Tomohon dikenal sebagai "kota bunga" dan terlihat banyak bunga di pinggir jalan dalam kota.
Antara 29 Juni dan 7 Juli lalu, adanya Tomohon Flower Festival (TFF) secara besar-besaran. Situs Pemda Kota Tomohon menyiapkan berbagai foto-foto TFF. Sayang sekali, saya tidak sempat menyaksikan TFF di Tomohon.
Foto-foto TFF
Terutama, karpet bunga yang dibuat oleh Tomohon katanya paling luas di dunia dan kalahkan yang berada di Belanda.
Foto Karpet Bunga
Karena disebut "terluas di dunia", saya mau melihat lokasi karpet bunga tersebut. Maka, meskipun TFF sudah selesai, iseng-iseng saya mampir ke Tomohon.
Sesudah tiba di Tomohon, saya coba tanya kepada beberapa orang yang kebetulan berada di pinggir jalan. Mungkin bahasa saya tidak jelas. Mereka tidak kenal karpet bunga tersebut. Asumsi saya tidak benar. Saya kira semua warga Tomohon mengenal TFF yang begitu besar.
Bapak Satpam Lalu Lintas mengantar saya ke rumah "Bos"nya. Dia, seorang petugas lapangan urusan ketertiban dan keamanan di Pemda Kota Tomohon, menjelaskan bahwa karpet bunga saat ini tidak ada lagi. Lokasinya di lapangan sepak bola di belakang kantor Walikota lama, dan memang Pemda membuat karpet bunga selama TFF.
Begitu banyak bunganya dipotong lalu dipasang dan diukur di atas lapangan sepak bola tersebut. Karena bunganya tidak ditanam lapangan dan hanya dipasang saja, maka bunganya sudah kering, lalu semuanya dibuang, menurutnya.
Apa boleh buat, saya coba ke lokasi karpet bunga yang lalu.
Di lokasi, benar, tidak ada apa-apanya. Apakah karpet bunga terluas di dunia pernah betul-betul ada di sini?
Sisa-sisa TFF terlihat di pintu gerbang lokasi karpet bunga.
Ada sisa-sisa tempelan bunga-bunga Marygold. Bunganya ditempel di atas kertas, lalu ditempel di tembok pintu gerbang. Karena tempelannya kuat, maka mungkin dibiarkan begitu saja.
Bunga. Buat masyarakat Tomohon yang menyebut diri sebagai kota bunga, apa artinya bunga? Bunga menyenangkan rasa manusia, mengurangi stres, atau memberi semangat.... Biasanya orang Jepang merasakan bunganya demikian. Di Tomohon, ada banyak bunga, namun saya tidak merasa suasana demikian di Tomohon.
Seorang warga yang ketemu mengatakan bahwa bunga di Tomohon dianggap sumber pendapatan dan diperihala untuk dijual. Mungkin betul. Bunga di Tomohon katanya laku sekali di pasar bunga, maka banyak masyarakat senang menanam bunga di lahan yang dulunya dipakai untuk komoditi lain.
Tomohon adalah kota bersih dan sejuk. Ada suasana khas yang berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Mungkin salah satu alasannya sebagian besar penduduk adalah umat Kristen. Namun, belum terlihat sikap cinta masyarakat terhadap bunga sebagai teman yang menyenangkan kehidupan manusia, melainkan produk untuk mendapat penghasilan secara ekonomi. Dalam hal materialisme, kota Tomohon kayaknya tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Mungkin, mungkin, belum ada waktu ruang untuk mencintai bunganya.
Gunung Lakon yang indah terlihat jauh dari lokasi bekasi karpet bunga.
20.7.08
6.7.08
Makan Jagung di Gorontalo
Saya berada di Gorontalo pada 29 Juni sampai 2 Juli pagi. Saat ini, Propinsi Gorontalo terkenal sebagai penghasil jagung. Wilayahnya dipimpin oleh Pak Fadel Muhammad yang berasal dari wiraswasta, dan menerapkan sistem manajemen perusahaan di dalam pengelolaan pemerintahan. Maka, suasana kantor pemerintah agak berbeda dengan daerah lain. Para aparat pemerintah terlihat mau bekerja dengan inisiatif sendiri.
Meskipun produksi jagung secara kuantitatis masih kalah dari Sulsel dan Sulteng, Gorontalo berhasil jadi terkenal sebagai wilayah jagung. Jagung menjadi trademark Gorontalo. Namun, jagung yang terlihat banyak sekali jagungyang berasal dari luar Gorontalo seperti BISI-2. Bagaimana pembangunan daerah dengan jagung disambungkan dengan pengembangan jati diri dan lokalitas Gorontalo sendiri? Ini tantangan yang cukup besar.
Ini cerita untuk dinas saya. Maka, saya tidak mau singgung di sini. Selama berada di Gorontalo, tentu saya makan jagung. Jagung yang berwarna putih dan mungkin jenis lokal.
Meskipun produksi jagung secara kuantitatis masih kalah dari Sulsel dan Sulteng, Gorontalo berhasil jadi terkenal sebagai wilayah jagung. Jagung menjadi trademark Gorontalo. Namun, jagung yang terlihat banyak sekali jagungyang berasal dari luar Gorontalo seperti BISI-2. Bagaimana pembangunan daerah dengan jagung disambungkan dengan pengembangan jati diri dan lokalitas Gorontalo sendiri? Ini tantangan yang cukup besar.
Ini cerita untuk dinas saya. Maka, saya tidak mau singgung di sini. Selama berada di Gorontalo, tentu saya makan jagung. Jagung yang berwarna putih dan mungkin jenis lokal.
Temannya jagung di sini adalah campuran garam, udang kecil dan santan. Terutama, rasa udang kecil yang sangat cocok dengan jagung ini. Benar, sambal untuk jagung berbeda-beda di daerah masing-masing. Di Sulsel, biasanya campuran garam, cabe, dan air juruk nipis. Ini juga enak sekali.
Selain jagung rebus, coba makan ilabulo. Ilabulo adalah suatu makanan khas Gorontalo. Campuran sago dan ampera ayam dibungkus dan dibakar, dan makan pakai sambal yang pedas. Ini juga enak, tapi mungkin akan menjadi bosan jika makan banyak bijinya. Kali ini saya cukup dua biji.
Wajah seorang Ibu penjual jagung di pinggir jalan Gorontalo-Boalemo. Senyum dengan sedikit malu.
Langganan:
Postingan (Atom)